IKN-Mandailing Natal – Banjir dan longsor kembali menerjang sejumlah wilayah di Sumatera Utara bukan hanya meninggalkan kerusakan, tetapi juga memaksa banyak keluarga hidup dalam ketidakpastian. Di tengah situasi genting ini, Kopri PC PMII Mandailing Natal bersama Bangun Bangsa Muda dan Sena Muda mengambil langkah nyata melalui penyaluran bantuan kemanusiaan kepada para penyintas bencana. Gerakan ini menjadi bukti bahwa solidaritas bukan hanya slogan organisasi, tetapi napas perjuangan yang harus terus hidup.
Bantuan yang disalurkan mencakup kebutuhan dasar masyarakat, seperti beras, telur, mie instan, kopi, teh, gula, susu, bihun, air mineral serta pakaian layak pakai dengan prioritas kepada keluarga terdampak, ibu hamil, perempuan dan anak-anak. Bagi penerima bantuan, ini bukan sekadar barang, tetapi harapan untuk bertahan, untuk menjaga martabat hidup di tengah keterhimpitan.
Ketua Kopri PC PMII Mandailing Natal, Devi Rahma Sari, menyampaikan bahwa kehadiran Kopri dalam situasi saat ini bukan hanya urusan organisasi, tetapi urusan kemanusiaan yang paling mendasar. “Bagi sebagian orang, bencana mungkin hanya angka di laporan. Tapi bagi para ibu yang kehilangan akses sanitasi, bagi perempuan yang menstruasi dalam keadaan darurat, bagi anak-anak yang takut setiap kali hujan turun, bencana adalah luka yang terus hidup. Karena itu, kami datang untuk memastikan mereka terlihat, terdengar, dan tidak dibiarkan bertahan sendiri”, tutur Devi. Ia menegaskan bahwa gerakan perempuan harus selalu berangkat dari keberpihakan pada yang paling rentan, sebab di titik itulah kemanusiaan diuji dan peran Kopri menjadi nyata.
Pernyataan itu dilanjutkan oleh kader Kopri, Mardiana Nasution, yang menyampaikan bahwa bencana bukan hanya urusan alam, melainkan cerminan kerusakan tata kelola dan ketidakadilan lingkungan. "Ketika regulasi tidak ditegakkan, ketika perusahaan yang merusak ekologi tetap berjalan tanpa koreksi, maka banjir dan longsor bukan lagi sekadar musibah, melainkan akibat dari pembiaran. Hari ini kita membantu, besok kita harus memperjuangkan perubahan”, paparnya.
Kolaborasi bersama Bangun Bangsa Muda dan Sena Muda menunjukkan bahwa empati tidak boleh terhalang sekat organisasi. Perwakilannya menyampaikan, “Saat masyarakat membutuhkan, kita tidak boleh sibuk mempertanyakan siapa kita. Paling penting adalah bagaimana kita hadir. Kemanusiaan harus lebih cepat dari birokrasi”, tegasnya.
Aksi ini sekaligus menjadi pengejawantahan pesan yang digaungkan dalam Harlah ke-58: merawat kesadaran, melawan ketimpangan, dan meneguhkan gerakan melalui kerja nyata. Kopri menekankan bahwa pemulihan tidak boleh berhenti pada pembagian bantuan, tetapi juga menuntut keseriusan pemerintah dan pemangku kebijakan untuk melakukan audit lingkungan dan penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang memperparah kerusakan alam.
Solidaritas ini menjadi penanda bahwa perempuan berdaya adalah kekuatan yang menyelamatkan kehidupan, dan pemuda yang bersatu adalah garda terdepan perubahan sosial. Kopri PC PMII Mandailing Natal memastikan bahwa warga yang terdampak tidak menghadapi bencana sendirian. (MMP)

0Komentar