GpGiTSWiBSCpBSA6BSriTfdoGd==
Light Dark
Gambar

×

IKN-Hualien, Taiwan – Banjir bandang melanda Kabupaten Hualien, Taiwan timur, pada selasa (23/09/25), setelah danau penghalang sungai Matai’an meluap akibat hujan lebat yang dibawa oleh topan super ragasa. Bencana ini mengakibatkan kerusakan parah pada pemukiman dan infrastruktur, serta menelan korban jiwa.

Rangkaian Kejadian

Danau penghalang Matai’an terbentuk pada Juli 2025 akibat longsoran tanah yang memblokir aliran sungai di wilayah pegunungan Desa Guangfu. Danau setinggi 120 meter ini menampung sekitar 91 juta ton air. Saat topan ragasa melanda dengan hujan ekstrem, sekitar 60 juta ton air dari danau tersebut tumpah dalam waktu singkat, menyerupai gelombang tsunami yang menghantam pemukiman di Guangfu, Wanrong dan Fenglin.

Akibatnya, jalan-jalan utama terendam lumpur setinggi atap rumah, kendaraan terbalik dan jembatan-jembatan roboh. Akses ke daerah terdampak terputus, menyulitkan upaya penyelamatan. Hingga jumat (26/09/25) sedikitnya 15 orang meninggal dunia, 101 orang terluka dan 8 orang masih hilang.

Upaya Penyelamatan dan Bantuan Darurat

Tim penyelamat bekerja keras menembus lumpur tebal untuk mencari korban yang hilang. Salah satu kisah heroik muncul ketika seorang gadis berusia 6 tahun diselamatkan setelah terjebak lebih dari sehari di dalam rumah yang terendam, berkat pengorbanan bibinya dan pamannya.

Pemerintah Taiwan, bersama berbagai organisasi kemanusiaan, mengerahkan bantuan darurat berupa makanan, obat-obatan dan tim medis.

Pekerja Migran Indonesia

Selain dukungan lokal, Pekerja Migran Indonesia (PMI) turut serta dalam upaya pemulihan. PMI mengirimkan relawan, logistik serta dukungan psikososial bagi korban bencana. Selain itu, PMI yang tinggal di Taiwan juga aktif membantu, membersihkan rumah-rumah terdampak, mengevakuasi barang dan mendistribusikan bantuan.

KDEI Taipei bekerja sama dengan Pemerintah Taiwan untuk memastikan keselamatan para pekerja migran dan mengoptimalkan kontribusi mereka dalam kegiatan kemanusiaan ini.

Tinjauan Iklim dan Potensi Risiko

Topan ragasa tercatat sebagai salah satu badai paling kuat tahun ini, dengan kecepatan angin lebih dari 260 km/jam. Para ilmuwan iklim memperingatkan bahwa perubahan iklim meningkatkan intensitas dan frekuensi badai tropis, yang dapat meningkatkan risiko bencana serupa di masa depan.

Banjir ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi risiko bencana, serta menyoroti solidaritas internasional dalam menghadapi situasi darurat. (MG)

0Komentar