Menyusul peringatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terbaru tentang potensi ancaman gempa megathrust yang besar di wilayah selatan Lombok.
Berdasarkan analisa Pepen Supendi, ahli Seismologi dari BMKG, menegaskan bahwa potensi gempa ini masih ada karena area tersebut, yang disebut "seismic gap", belum melepaskan energi secara signifikan. Menurut ahli BMKG energi bisa terlepas melalui gempa-gempa kecil atau justru sedang mengumpul untuk dilepaskan sewaktu-waktu.
Pepen Supendi menjelaskan bahwa informasi ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan, bukan untuk menakut-nakuti masyarakat. Skenario terburuk yang disiapkan BMKG termasuk potensi tsunami setinggi puluhan meter sebagai estimasi untuk antisipasi.
Selain megathrust, wilayah selatan Nusa Tenggara juga memiliki potensi gempa dari zona outer rise dan sesar naik Flores, seperti yang terjadi pada gempa bermagnitudo 8,3 tahun 1977 yang memicu tsunami.
Karena teknologi belum mampu memprediksi gempa secara pasti, Pihak BMKG menekankan pentingnya:
- Mitigasi di tingkat masyarakat.
- Bahwa gempa tidak membunuh secara langsung; yang mematikan adalah bangunan yang roboh, pohon tumbang, atau tiang listrik yang jatuh
- Pembangunan rumah tahan gempa sangat penting sebagai mitigasi struktural.
- Kesiapsiagaan dapat dimulai dari hal-hal sederhana di rumah, seperti menyiapkan jalur evakuasi, menentukan titik kumpul yang aman, dan menata perabot agar tidak membahayakan saat gempa.
Terkait hal itu DPP Sasaka Nusantara menghimbau kepada seluruh pengurus beserta anggota yang berjumlah kurang lebih 10.000 (sepuluh ribu) orang agar tetap waspada dan tenang, selalu berdoa dan mendekatkan diri dengan sang pencipta. Karena pada hakekatnya adalah kehendak Allah SWT. (Hamdiono)
0Komentar