IKN-Yogyakarta – Dalam menghadapi Kompleksitas dinamika sosial global saat ini, pendidikan moderasi beragama muncul sebagai suatu keharusan dalam upaya menciptakan masyarakat yang inklusif dan harmonis. Melalui program ini, Kelompok Enam Kuliah Kerja Nyata (KKN) Nusantara 2025 berupaya untuk mendukung komitmen Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) yang bertajuk "Moderasi Beragama: Teman-temanku berbeda, tapi aku tetap sayang" pada hari rabu, (16/07/25) dalam merawat kerukunan antarumat beragama sekaligus meningkatkan Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB).
Pendidikan moderasi beragama bukan sekadar kurikulum tambahan melainkan sebuah respons kritis terhadap potensi intoleransi dan konflik sosial yang sering kali berakar pada perbedaan latar belakang, agama dan budaya. Toleransi dan inklusi berfungsi sebagai fondasi dalam membangun masyarakat yang harmonis. Program ini dirancang untuk membekali generasi muda dengan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya menghargai perbedaan. Melalui penghayatan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, murid diharapkan dapat membangun kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Kelompok KKN menerapkan pendekatan interaktif yang secara aktif mendorong partisipasi murid dalam penyampaian materi. Metode yang digunakan mencakup diskusi terbuka yang memberikan ruang bagi murid untuk terlibat dalam pertukaran ide dan pendapat. Hal ini tidak hanya memperdalam pemahaman mereka tetapi juga meningkatkan keterampilan komunikasi dan berpikir kritis. Simulasi dan role play juga diterapkan, memberikan murid kesempatan untuk menghayati situasi nyata yang berkaitan dengan toleransi dan kerukunan, sehingga memungkinkan mereka memahami perspektif orang lain dengan lebih baik.
Penggunaan media visual, seperti film pendek, berfungsi sebagai alat efektif dalam menyampaikan pesan toleransi. Film dapat memicu refleksi kritis dan menginspirasi murid untuk mengekspresikan serta menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Selain itu, pembentukan kelompok kecil menjadi strategi penting, menciptakan ruang aman bagi murid untuk berkolaborasi dan berdialog. Metode ini menciptakan iklim belajar yang suportif di mana murid merasa bebas untuk mengekspresikan pendapat dan pengalaman mereka tanpa rasa takut akan penilaian. Dengan pendekatan yang beragam ini, diharapkan murid tidak hanya memahami teori tentang toleransi tetapi juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih harmonis dan inklusif.
Pemateri I, Mhd Muslimin, menekankan pentingnya pendidikan moderasi beragama sebagai investasi jangka panjang. Ia berharap program ini dapat berfungsi sebagai langkah preventif untuk mengurangi angka intoleransi dan menanamkan nilai-nilai inklusif serta prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang berakar pada Pancasila sejak dini. Pendidikan yang mengedepankan moderasi beragama dapat membantu membangun identitas nasional yang kuat dalam keberagaman.
Pemateri II, Sofi Anisa, mengajak semua elemen masyarakat untuk berkolaborasi dalam mendukung pendidikan moderasi beragama. Ia menegaskan bahwa tanggung jawab tidak hanya terletak pada institusi pendidikan tetapi juga pada keluarga, komunitas, dan pemerintah. Sinergi antara berbagai pihak ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan nilai-nilai toleransi.
Dukungan Kepala SDN Semaken, Yuni, sangat krusial dalam inisiatif ini. Ia menekankan bahwa pemahaman murid mengenai hidup berdampingan secara harmonis meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang toleran. Komitmen sekolah untuk mengedukasi smua tentang nilai-nilai kerukunan dan toleransi menunjukkan bahwa pendidikan harus bersifat holistik, melibatkan aspek moral dan sosial secara simultan.
Kelompok KKN berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Mereka berharap bahwa program ini dapat menjadi model bagi kegiatan KKN di lokasi lain, serta menghasilkan dampak signifikan dalam menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan harmonis di masa depan. Dengan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, inisiatif ini diharapkan tidak hanya memberikan inspirasi bagi program-program serupa, tetapi juga memperkuat jaringan sosial yang mendukung kerukunan dan toleransi secara berkelanjutan. (MMP)
0Komentar