Sketsa
Oleh: Sri Meisista (Ketua Umum Kohati PB HMI)
Peradaban tak pernah lahir dalam ruang hampa. Ia tumbuh dari jejak-jejak kecil yang seringkali tak kasatmata, namun menentukan arah sebuah zaman. Di antara lembaran sejarah yang acap kali didominasi oleh narasi maskulin, perempuan hadir sebagai ruh sunyi yang menata keseimbangan, membisikkan nilai-nilai kemanusiaan, dan menyulam keberlanjutan peradaban itu sendiri.
Dalam sketsa peradaban baru, perempuan tak lagi diposisikan sebagai ornamen yang sekadar hadir di pinggiran kanvas. Ia menjelma menjadi tangan yang menggenggam kuas, merancang ulang pola, warna, dan irama sosial yang lebih adil, setara, dan humanis. Perempuan kini menjadi subjek penuh yang tak hanya merespons perubahan, tetapi juga menciptakan arah baru bagi dunia yang kian kompleks.
Di tengah derasnya arus modernitas dan dinamika teknologi, perempuan Indonesia menanggung beban ganda: menjaga warisan nilai sekaligus merumuskan makna baru bagi keberadaannya. Ia hadir sebagai sosok yang lentur, tangguh, dan adaptif mampu berdialog dengan tradisi tanpa larut di dalamnya, serta berani merangkul kemajuan tanpa kehilangan identitasnya.
Lebih dari sekadar simbol emansipasi, perempuan hari ini adalah aktor penting dalam berbagai ruang strategis dari forum akademik, parlemen, ruang digital, hingga ranah-ranah sosial akar rumput. Perannya dalam membangun wacana kritis, memperjuangkan hak, serta merawat nilai-nilai kemanusiaan menjadi fondasi penting bagi peradaban yang lebih inklusif.
Sketsa peradaban baru menuntut hadirnya pemikiran-pemikiran segar yang lahir dari pengalaman perempuan. Sebab dalam dirinya, tersimpan perspektif unik tentang ketahanan, keberanian, dan kasih yang seringkali terabaikan dalam arsitektur kekuasaan yang rigid. Di tangan perempuan, peradaban bukan sekadar soal dominasi, melainkan tentang keberlanjutan, keadilan, dan peradaban yang berwajah manusia.
Sudah saatnya perempuan tak hanya menjadi subjek dalam wacana, melainkan juga arsitek utama dalam mendesain wajah Indonesia masa depan. Perempuan bukan pelengkap zaman, melainkan penentu arah lahirnya peradaban yang lebih adil, setara, dan manusiawi.
Selamat Hari Kartini, 21 April 2025
0Komentar