IKN-Mandailing Natal – Peringatan Hari Lahir ke-58 Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) tahun ini berlangsung dengan suasana reflektif sekaligus penuh keprihatinan. Bencana alam yang melanda Sumatera Utara, khususnya Mandailing Natal, menjadi latar penting bagi seluruh rangkaian acara yang digelar Ahad, 30 November 2025, di Sekretariat PC PMII Mandailing Natal. Mengusung tema “Merawat Kesadaran, Melawan Ketimpangan, Meneguhkan Gerakan”, perayaan ini tidak sekadar ritual tahunan, tetapi menjadi momentum kritis untuk menegaskan peran perempuan dalam berbagai aspek sosial dan lingkungan.
Di tengah peringatan, Kopri menyampaikan duka mendalam kepada seluruh korban bencana, terutama perempuan, ibu hamil, anak-anak dan kelompok rentan lainnya, termasuk perempuan yang sedang menstruasi. Kopri menyoroti bahwa rentetan bencana yang terjadi bukan semata akibat cuaca ekstrem, melainkan juga karena lemahnya kepatuhan perusahaan terhadap regulasi lingkungan. Organisasi ini mendesak pemerintah dan otoritas terkait untuk melakukan audit menyeluruh terhadap perusahaan-perusahaan yang diduga melanggar aturan, sebagai langkah pencegahan terhadap kerusakan ekologis lebih lanjut dan risiko bencana yang berulang.
Rangkaian Harlah ke-58 berlangsung meriah dan kaya dengan beragam kegiatan. Acara dibuka dengan laporan ketua panitia, dilanjutkan sambutan Ketua Kopri dan Ketua PC PMII Mandailing Natal. Perwakilan senior turut memberikan arahan yang penuh inspirasi. Suasana semakin hidup dengan pidato motivatif, orasi kader, pembacaan puisi, atraksi silat, lantunan sholawat nariyah, pemotongan kue, serta sesi foto bersama. Partisipasi aktif para kader menciptakan ruang aman dan hangat untuk berdiskusi, memperkuat jejaring dan meneguhkan solidaritas perempuan.
Dalam sambutannya, Ketua Kopri, Devi Rahma Sari, menegaskan bahwa memasuki usia ke-58, Kopri harus semakin kuat dalam menjaga kesadaran kritis perempuan. Ia menekankan bahwa ketimpangan gender masih nyata dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Kopri perlu terus hadir sebagai ruang pemberdayaan, yang memungkinkan perempuan berani berbicara, mengambil keputusan, memimpin dan berperan strategis di masyarakat. “Meneguhkan gerakan adalah napas yang harus dijaga agar Kopri tetap relevan menghadapi tantangan zaman”, ujarnya.
Sekretaris Jenderal Kopri, Anita Khairani, menambahkan bahwa harlah bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum refleksi kolektif. Anita menekankan perlunya konsistensi, keberanian dan solidaritas dalam menjalankan gerakan perempuan. Menurutnya, ketimpangan hanya bisa dilawan melalui kerja kolektif yang terorganisir dan Kopri adalah rumah pergerakan itu. Ia mendorong seluruh kader untuk meningkatkan kapasitas diri, memperluas wawasan dan memperkuat kepercayaan diri agar mampu hadir di ruang publik.
Ketua Panitia Harlah ke-58, Mardiana Nasution, dalam laporannya, menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi. Ia menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan dirancang sebagai ruang belajar bersama sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap perjalanan panjang Kopri. Mardiana berharap tema besar harlah tidak berhenti sekadar di spanduk dan panggung acara, tetapi benar-benar hadir dalam keseharian kader melalui langkah nyata. Ia menekankan bahwa 58 tahun Kopri berkontribusi untuk negeri adalah capaian historis yang harus dijaga dan dikembangkan, bukan hanya dicatat sebagai perayaan tahunan.
Sementara itu, Ketua PC PMII Mandailing Natal, Abdul Rahman, menyampaikan sambutan yang memotivasi kader untuk menghargai perjuangan para pendahulu. Ia menekankan pentingnya menjadikan Kopri sebagai ruang pembentukan karakter yang kritis, matang dan berdaya. Solidaritas, kekompakan dan budaya saling menguatkan, kata Abdul, harus terus dirawat agar Kopri tidak sekadar menjadi identitas organisasi, tetapi juga wadah yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat, khususnya dalam pemberdayaan perempuan dan anak-anak.
Perwakilan Alumni, Rita Defriza, M.H., yang juga merupakan Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Madina, memberikan arahan penuh motivasi kepada kader. Ia menekankan pentingnya menjaga soliditas internal, meningkatkan kemampuan dan membangun kepercayaan diri. Rita mengingatkan bahwa perempuan memiliki peran fundamental dalam membentuk peradaban, sehingga pemberdayaan perempuan harus diarahkan pada gerakan yang berkelanjutan. Ia mendorong seluruh kader Kopri untuk memperluas wawasan, memperkuat perspektif kritis, serta meneguhkan komitmen terhadap perubahan sosial yang nyata, baik dalam konteks organisasi maupun di tengah masyarakat.
Peringatan Harlah Kopri ke-58 menegaskan kembali relevansi gerakan perempuan dalam konteks sosial dan lingkungan. Kopri Mandailing Natal menekankan perlunya kesadaran kolektif untuk melawan ketimpangan, memperjuangkan keberlanjutan lingkungan, dan melindungi kelompok rentan di tengah bencana. Semangat ini diharapkan tetap hidup dalam langkah nyata seluruh kader Kopri di seluruh Indonesia, memperkuat jejaring solidaritas, serta meneguhkan komitmen kolektif untuk menghadirkan perubahan sosial yang nyata. (MMP)

0Komentar