GpGiTSWiBSCpBSA6BSriTfdoGd==
Light Dark
Maulid Adat Desa Salut Lombok Utara, Gelar Agung Tradisi Adat Turun Temurun

Maulid Adat Desa Salut Lombok Utara, Gelar Agung Tradisi Adat Turun Temurun

×

IKN-Lombok Utara : Masyarakat adat Desa Salut, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat baru saja merayakan prosesi ritual maulid adat yang berlangsung selama empat hari, mulai hari Jumat (5-8/09/25). Perayaan ini bukan sekadar peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, melainkan juga sebuah upaya melestarikan tradisi turun temurun yang telah diwariskan para leluhur.

Menurut Hartono, A.Ma, selaku pemangku adat Desa Salut  mengatakan bahwa setelah ritual adat Tama Belek Desa Salut dilaksanakan, yang dirangkai dengan acara sakral mulud adat Desa Salut pun akan segera dimulai. Perayaan tahunan ini adalah momen penting bagi masyarakat adat untuk merenung dan melestarikan tradisi leluhur.

Tema mulud adat Desa Salut tahun ini adalah "buka' ate pendait rasa, pegitang wujud dalem rua, berkat Laa ilaaha illallah" yang bermakna filosofis (buka hati, raih rasa, lihatlah wujud dalam diri, berkat Laa ilaaha illallah). Tema ini mengajak seluruh masyarakat untuk merenung kembali esensi keberadaan, melihat ke dalam diri dan memperkuat keimanan melalui lafaz tauhid.

Acara mulud (maulid ) adat ini bukan sekadar perayaan biasa, melainkan sebuah ritual sakral yang menjadi jembatan antara dimensi spiritual dan kehidupan sosial. Perayaan ini adalah momen penting bagi masyarakat Desa Salut untuk bersatu, mempererat tali silaturahmi dan melestarikan warisan nenek moyang yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Dalam tradisi ini, kata Hartono, masyarakat akan berkumpul untuk melakukan berbagai kegiatan, termasuk doa bersama, pertunjukan seni tradisional dan ritual-ritual lainnya.

Semua elemen ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara manusia dengan alam, serta memperkuat hubungan dengan Tuhan. Ritual mulud (maulid ) adat tidak hanya dirayakan di Desa Salut, tetapi juga menjadi magnet yang menarik perhatian banyak orang dari luar daerah, baik untuk berpartisipasi maupun untuk menyaksikan keindahan budaya Kabupaten Lombok Utara.

Hartono, yang juga mantan Kepala Desa Salut pada periode sebelumnya ini pun memaparkan rangkaian prosesi ritual maulid adat Desa Salut dengan gaya bahasa sederhana. Ia juga menambahkan perayaan ini dimulai dengan persiapan matang satu minggu sebelumnya. Seluruh masyarakat bergotong royong membersihkan area-area penting, termasuk masjid kuno, balai adat, sumur aci-aci di Lokok Kedondong tempat mencuci beras, hingga lokasi pertunjukan gamelan. Peralatan gamelan kuno, yang dikenal sebagai gerantung, turut pula dibersihkan dengan teliti.

Hartono menceritakan bahwa hari pertama, Jumat (05/09/25), dimulai dengan ritual mengeluarkan padi dari Sambi (lumbung). Padi ini kemudian ditumbuk bersama-sama oleh kaum hawa menggunakan lesung (rantok), menciptakan irama bertalu-talu yang menjadi ciri khas maulid adat. Kegiatan yang disebut merantok ini menjadi simbol kebersamaan dan kerja sama. Malam harinya, para kaum laki-laki dihibur dengan pertunjukan seni budaya lokal, sebuah seni pertarungan tradisional.

Pada hari kedua, sabtu (06/09/25), kegiatan menumbuk padi dilanjutkan. Sore harinya, kesam atau kulit padi hasil penumbukan dibuang ke tempat khusus oleh kaum hawa, mengikuti jejak para leluhur sebagai simbol kebersihan. Selanjutnya pada hari ketiga, ahad (07/09/25), menjadi momen bagi masyarakat untuk berdatangan ke rumah adat dalam ritual merembun (mengumpulkan) berbagai bahan pokok seperti beras, biji-bijian dan aneka jajanan yang akan digunakan dalam rangkaian ritual.

Hartono memaparkan, Tun Gerantung, yakni gong, gamelan adat, diturunkan dari rumah mangku (tokoh adat) untuk kemudian ditabuh dan diiringi dengan tari-tarian khas maulid adat oleh para pelingsir (penari) dan kaum muda. Suara gamelan ini terus menggema hingga akhir perayaan. Selanjutnya pada malam harinya, kembali digelar prosesi adat di halaman masjid kuno, yang terbuka bagi para jawara atau pepadu (pendekar) pilihan dari luar desa untuk ikut bertanding.

Puncak perayaan terjadi pada hari keempat, senin (08/09/25), pagi hari, digelar ritual cuci beras atau bisok menik oleh kaum hawa dari semua golongan. Termasuk tokoh adat, penghulu, mangku dan seluruh masyarakat adat Desa Salut, turut ambil bagian pada ritual bisok menik ini. Prosesi ini dipimpin oleh praja mangku (tokoh budaya) yang membawa pebuan ( tempat khusus) berisi sirih, pinang, dan tembakau menuju tempat cuci beras yang telah ditentukan, yakni di sumur aci-aci Lokok Kedondong, dengan di iringi oleh gendang, gong gamelan yang terus dibunyikan. "Di pilihnya sumur aci-aci ini sebagai lokasi cuci beras, karena memang dari sejak zaman dahulu, para leluhur menggunakan lokasi ini  sebagai tempat bisok menik ketika melaksanakan ritual mulud adat. Dan pada zaman dahulu hanya sumur aci-aci ini yang ada", jelas Hartono, seraya menambahkan, "Pulang dari cuci beras, penghulu adat kemudian menyembelih hewan kurban di halaman Masjid Kuno Salut," imbuhnya.

Sore harinya, digelar payas praja maulid (mulud), oleh inak penawar yaitu prosesi merias praja maulid (pengantin adat) sesuai tradisi leluhur. Praja mulud  ini menggambarkan proses terjadinya perkawinan langit dan bumi, Adam dan Hawa, yang di simbolkan dengan pasangan pengantin yang dilakukan oleh pranata-pranata adat Desa Salut. "Pada saat payas praja ini pun, bunyi-bunyian dari gong gamelan adat terus di bunyikan untuk mengiringinya", tambah Hartono

Setelah itu, sebagai puncak pelaksanaan mulud adat Desa Salut, sepasang praja mulud yang sudah di payas menyerupai sepasang pengantin tersebut, di iring bersama-sama seluruh masyarakat dari rumah adat menuju Masjid Kuno, dengan membawa sajian berupa hidangan seperti nasi dan lauk pauknya. Wadah untuk tempat nasi dan lauk pauk tersebut, terbuat dari bambu yang disebut ancak yang jumlahnya 44 buah dan di lapisi dengan daun yang berasal dari alam. 

Pada iring-iringan menuju Masjid Kuno tersebut, barisan paling depan adalah tuak lokak, mangku, pengulu dan pembekel, disusul praja mulud membawa bokor ( wadah) yang berisi pedupaan, bedak kerames, lekok, buak, tembako, senget, sembek dan air. Baru kemudian di belakangnya para pelingsir adat (sesepuh), pembawa dulang (sejenis wadah) saji berupa ancak dan masyarakat umum, diiringi tabuhan gamelan yang ditabuh oleh 5 orang tanpa henti. "Makna penabuh harus 5 orang, tidak boleh kurang maupun lebih adalah menandakan rukun Islam", ujar Hartono.

Dengan naiknya Praja Mulud (tokoh agama) ke Masjid Kuno bersama para mangku dan pelingsir, prosesi puncak maulid adat Desa Salut 2025 pun resmi berakhir. Seluruh masyarakat kemudian berkumpul di halaman masjid untuk makan bersama, sebuah wujud syukur dan kebersamaan. Bersamaan itu pula, praja maulid dan para mangku di dalam masjid menggelar ritual khusus mereka. Setelah itu, seluruh masyarakat kembali ke rumah masing-masing, membawa pulang semangat kebersamaan dan tradisi yang telah diperkuat.

Pelaksanaan maulid adat Desa Salut tahun ini, tidak hanya menjadi wujud kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi juga sebagai momentum untuk mempererat tali silaturahmi dan melestarikan budaya lokal.

Kepala Desa Salut, Bahrudin dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi atas partisipasi aktif seluruh warga. "Maulid adat ini adalah cerminan kekayaan budaya kita. Ini bukan hanya perayaan keagamaan, tetapi juga ajang untuk memperkuat kebersamaan, gotong royong dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para leluhur kita," ujar Bahrudin.

Dikatakan, pelaksanaan maulid adat ini selalu dinanti-nanti karena membawa keberkahan dan kehangatan. "Tradisi ini mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi dan saling menghormati. Semoga semangat ini terus hidup di hati setiap warga Desa Salut", harapnya.

Pemerintah Desa mendukung penuh pelaksanaan maulid adat tahun 2025 ini. Acara ini bukan hanya perayaan keagamaan, tetapi juga sarana penting untuk mempererat tali persaudaraan dan melestarikan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.

"Saya berharap, melalui kegiatan ini, seluruh masyarakat Desa Salut dapat lebih memahami dan mengamalkan nilai-nilai luhur, seperti gotong royong, toleransi dan kepedulian sosial. Mari kita jadikan momen ini untuk memperkuat harmoni di desa kita dan meneladani akhlak mulia Nabi Muhammad SAW", harap Bahrudin, yang juga putra Kepala Desa Salut Pertama, Karianom (alm).

Dengan suksesnya acara ini, Desa Salut menunjukkan komitmennya dalam menjaga tradisi dan nilai-nilai kebersamaan. Perayaan Maulid adat tahun ini menjadi bukti nyata bahwa kearifan lokal dapat terus dilestarikan di tengah gempuran modernisasi. (Tim)

0Komentar