Opini
Deva Firdaus Maha Putra
Fungsionaris HMI Cabang Padang
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi mahasiswa tertua di Indonesia, yang didirikan pada 5 Februari 1947 (14 Rabiul Awal 1366 H), memiliki misi fundamental terkait perkembangan Indonesia secara menyeluruh serta menjaga nilai-nilai keislaman. Selain sebagai pencetak kader pemimpin bangsa, HMI juga berperan krusial dalam menjaga dan melestarikan ekosistem lingkungan. Di tengah krisis iklim dan degradasi lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, HMI tampil sebagai agen perubahan yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan semangat aktivisme lingkungan.
Peran HMI dalam menjaga ekosistem lingkungan mencerminkan identitas mereka sebagai penjaga amanah. Mereka tidak hanya mencetak intelektual muslim, tetapi juga aktivis lingkungan yang responsif terhadap tantangan zaman. Melalui tiga pilar utama edukasi, aksi nyata dan advokasi kebijakan HMI berkontribusi dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan. Komitmen ini selaras dengan nilai-nilai keislaman tentang khalifah fil ardh (pemimpin di muka bumi) dan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk peduli terhadap lingkungan.
Pilar Pertama: Edukasi dan Peningkatan Kesadaran
HMI menyadari bahwa akar masalah kerusakan lingkungan sering kali berasal dari minimnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat. Oleh karena itu, HMI aktif mengadakan berbagai forum ilmiah, seperti seminar, diskusi dan kajian mendalam tentang isu-isu lingkungan. Materi yang dibahas bervariasi, mulai dari dampak deforestasi hingga pengelolaan sampah. Forum-forum ini bertujuan untuk membekali anggota dengan pemahaman ekologis dan menyebarkan kesadaran kepada publik melalui kampanye digital dan sosialisasi di berbagai tingkatan masyarakat. Dengan demikian, HMI berperan sebagai diseminator ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kepedulian lingkungan, membangun fondasi kesadaran kolektif yang esensial.
Pilar Kedua: Aksi Nyata di Lapangan
Kesadaran tanpa tindakan adalah hal yang sia-sia. Banyak cabang HMI di seluruh Indonesia secara rutin mengorganisir kegiatan konservasi dan restorasi lingkungan. Salah satu contoh paling menonjol adalah program penanaman mangrove di wilayah pesisir, yang tidak hanya mencegah abrasi tetapi juga mengembalikan fungsi ekologis habitat laut. Selain itu, aksi bersih-bersih sungai, pantai dan ruang publik menjadi agenda yang tak terpisahkan, menunjukkan komitmen konkret dalam mengurangi limbah dan menjaga kebersihan lingkungan. HMI juga berinisiatif dalam program pengelolaan sampah berbasis komunitas, mendorong praktik pilah sampah dan daur ulang, yang secara langsung berkontribusi pada pengurangan volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Aksi-aksi ini adalah wujud nyata dari idealisme yang diterjemahkan menjadi kontribusi langsung bagi kelestarian alam.
Pilar Ketiga: Advokasi Kebijakan dan Kontrol Sosial
HMI memiliki posisi strategis sebagai organisasi mahasiswa yang independen, memberikan kebebasan untuk menyuarakan kritik dan masukan terhadap kebijakan pemerintah atau korporasi yang berpotensi merusak lingkungan. Mereka aktif mendorong agar isu lingkungan menjadi prioritas dalam perumusan kebijakan, baik di tingkat daerah maupun nasional. Contoh nyata adalah penolakan terhadap proyek-proyek eksploitasi alam, seperti penambangan ilegal yang mengancam keanekaragaman hayati. HMI juga menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) lingkungan, hingga komunitas adat untuk memperkuat gerakan pelestarian lingkungan dan memastikan bahwa suara rakyat didengar.
Dengan komitmen dan tindakan nyata, HMI terus berkontribusi dalam menjaga ekosistem lingkungan, menjadi teladan bagi generasi mendatang dalam mencintai dan melestarikan bumi. (MMP)
0Komentar