GpGiTSWiBSCpBSA6BSriTfdoGd==
Light Dark
Mahasiswa KKN Nusantara 2025 Warnai MPLS di SMK Muhammadiyah 1 Kalibawang

Mahasiswa KKN Nusantara 2025 Warnai MPLS di SMK Muhammadiyah 1 Kalibawang

×


IKN-Yogyakarta – Aula SMK Muhammadiyah 1 Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta, dipenuhi antusiasme murid baru ketika mahasiswa KKN Nusantara 2025 Kelompok 3 membuka rangkaian Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dengan sesi bertema “Bullying, Karakter, dan Moral”. Dipandu oleh Achmad Faiq Ramadhan dan Zul Fahmi, presentasi yang berjudul “Mencegah Bullying di Sekolah” disajikan secara santai dan interaktif, menjelaskan definisi serta dampak psikologis dan sosial dari tindakan bullying, senin (14/07/25).

Dalam waktu kurang dari dua jam, suasana semi formal bergeser menjadi dialog dua arah yang hidup, mendorong kesadaran akan pentingnya nilai karakter dalam menekan perilaku kekerasan antar murid. Ketua Kelompok 3 KKN Nusantara 2025, Nufair, menjelaskan latar belakang penyelenggaraan materi tersebut. “Kami menyadari masih banyak ejekan ringan dan intimidasi di kalangan murid baru”, tuturnya. Dari hasil observasi selama masa orientasi, Nufair menyimpulkan bahwa pemahaman soal bullying harus dibangun sejak awal. “Tujuan kami bukan hanya menolak bullying tetapi juga membentuk agen perubahan yang aktif menjaga keharmonisan sekolah”, lanjutnya, disambut semangat peserta MPLS.

Dalam sesi inti presentasi, Achmad Faiq Ramadhan, yang akrab disapa Faiq, mengajak para murid untuk merasakan langsung peran pelaku, korban dan saksi. “Melalui latihan ini, murid bisa merasakan beban korban dan belajar empati”, ujar Faiq. Ia menekankan pentingnya komunikasi terbuka: “Jika melihat teman diejek, katakan ‘stop, itu tidak lucu,’ atau segera laporkan kepada guru. Jangan diam saja”. Metode ini diharapkan dapat memudahkan peserta dalam memahami langkah pencegahan, mulai dari intervensi dini hingga pelibatan pihak berwenang.

Zul Fahmi menambahkan perspektif mengenai bentuk dan sanksi bullying, termasuk bullying verbal, fisik, hingga cyberbullying. Ia memaparkan data survei kasus bullying di sekolah sepanjang 2023–2024, baik yang terlapor maupun yang tidak. “Data ini penting agar rekomendasi program pencegahan kami tepat sasaran,” jelas Fahmi. Presentasinya memberikan gambaran nyata tentang urgensi penanganan bullying di era digital, sekaligus mengajak siswa untuk aktif melaporkan setiap kejadian.

Menutup kegiatan, Faiq dan Fahmi memaparkan rencana tindak lanjut, yaitu workshop bulanan dan program pembinaan karakter di Dukuh Sayangan. “Kami berkomitmen memfasilitasi guru dan murid demi lingkungan belajar yang lebih inklusif”, ungkap keduanya. Acara diakhiri dengan foto bersama peserta MPLS, jajaran guru, dan kepala sekolah. Harapannya, rangkaian ini dapat menjadi fondasi budaya sekolah yang ramah, bermoral dan penuh empati. (MMP)

0Komentar