Wisno D Sampulawa
Tokoh Pemuda Seram Bagian Barat, Maluku
& Pengamat sejarah
Seharusnya catatan sejarah kelam kedatangan kolonialsme di daerah ini hingga kemudian menanamkan pengaruhnya hingga hari ini menjadi bahan evaluasi dan catatan kritis agar cara berfikir rasisme, feodalisme, mitos, mistik serta takhayul di tinggalkan juga sadar bahkan kita semua bersaudara.
Sebagai generasi yang lahir di era kemerdekaan dengan keterbukaan informasi harusnya cara pandang yang sempit tidak lagi di konsumsi kemudian di wariskan ke generasi berikutnya.
Daerah ini pernah di pora porandakan oleh kolonialsime dengan menghasut peribumi sebutan kala itu untuk saling bermusuhan hal ini tidak terlepas karena kepentingan kolonial terhadap sumber daya alam berlimpah yang ada di daerah ini.
Bahkan selain melakukan politik adu domba mereka berhasil membuat mitos tentang 7 bidadari yang di tulis M. Adnan Amal dalam bukunya Kepulauan Rempah-Rempah selain itu mereka juga berhasil mengaburkan sejarah daerah seperti yang di tulis Juri Lina dalam buku Architects of Deception mengatakan kaburkan sejarahnya, hilangkan & hancurkan bukti-bukti sejarah, putuskan hubungan dengan leluhur dengan menyampaikan leluhurnya itu bodoh dan primitif.
Cara berfikir rasisme, feodalisme, mitos, mistik dan takhayul, yang melanda eropa pada abad ke-15 hingga membuat eropa hancur kemudian eropa bangkit dan sadar di tandai dengan renaisans, atau politik apertheid yang pernah melanda Afrika Selatan hingga terjadi revolusi yang mengantarkan Nelson Mandela sebagai presiden hingga Afrika Selatan berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Mari terus berbenah diri bahwa bukan waktunya lagi kita bicara persoalan untuk saling klaim dan menyudutkan etnis lain tapi bagimana agar kita bersama-sama membangun daerah ini agar semakin maju dengan memanfaatkan potensi kekayaan daerah termasuk lahan lahan tidur.
0Komentar