Pontianak- Bank Kalbar, lembaga keuangan milik pemerintah yang selama ini menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Barat, tengah dilanda masalah besar. Menjelang Undian Simpeda Tingkat Nasional periode I XXXV tahun 2024, terungkap bahwa uang nasabah senilai puluhan miliar rupiah di beberapa cabang pembantu Bank Kalbar, termasuk di Karangan, Kabupaten Landak, telah dibobol. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum LEGATISI INDONESIA, Ahyani, BA, kepada sejumlah wartawan pada Jumat (9/8/10).
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa pembobolan ini diduga melibatkan salah satu pimpinan cabang pembantu Bank Kalbar di Karangan, Kabupaten Landak. Kasus ini tidak hanya terjadi di satu lokasi, tetapi diduga melibatkan beberapa cabang pembantu di seluruh wilayah Kalimantan Barat.
Laporan awal mengungkapkan bahwa sekitar Rp 17 miliar uang nasabah di Cabang Pembantu Bank Kalbar Karangan, Kabupaten Landak, telah hilang. Seorang nasabah yang enggan disebutkan namanya menyampaikan keprihatinannya melalui media. Ia menilai bahwa insiden ini mencerminkan buruknya kinerja dan lemahnya pengawasan Bank Kalbar, yang selama ini mengusung motto "Bank Kite Punye Kite." Ia juga mendesak agar pemegang saham pemerintah daerah, termasuk Pj Gubernur, Bupati, dan Walikota se-Kalimantan Barat, segera mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) luar biasa untuk mengevaluasi kinerja Direktur Utama Rokidi, yang dianggap gagal mengelola bank dengan baik.
Selain kasus di Cabang Pembantu Karangan, laporan juga menyebutkan bahwa Bank Kalbar Cabang Pemangkat, Kabupaten Sambas, mengalami pembobolan dengan kerugian mencapai Rp 3,5 miliar. Masalah serupa juga dilaporkan terjadi di Cabang Bank Kalbar Sambas dan Cabang Balai Karangan, Kabupaten Sanggau. Beberapa cabang lainnya juga menghadapi masalah terkait kredit macet di seluruh 14 kabupaten dan kota di Kalimantan Barat.
Tak hanya itu, Direktur Umum Bank Kalbar berinisial DS juga diberhentikan, meskipun kreditnya sudah diselesaikan. Ini menjadi salah satu indikasi adanya ketidakberesan dalam manajemen internal bank tersebut. Dalam upaya memulihkan kepercayaan nasabah dan masyarakat, pemegang saham diminta segera menggelar RUPS luar biasa untuk mengevaluasi kinerja, terutama Direktur Utama Bank Kalbar, Rokidi.
Ahyani juga menyoroti asal-usul Rokidi yang bukan putra asli Kalimantan Barat, melainkan berasal dari Indramayu, Jawa Barat. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuannya dalam membangun Bank Kalbar. Ia menilai sudah waktunya untuk menggelar Rapat Umum Luar Biasa (RULB) untuk menggantikan Rokidi dengan seseorang yang lebih memahami tata kelola perbankan. "Masih banyak putra Dayak dan Melayu Kalbar yang bisa menjadi Dirut, namun tidak diberi kesempatan," ungkap Ahyani.(Tim liputan)
0Komentar